Ku Gantungkan Harapku Padamu (Chapter 1 : Kenangan Masa Lalu)
CHAPTER 1 : Kenangan Masa Lalu
Kreeeek
"Umm... Ini dia rumahku yang sekarang jadi rumah kita. Aku udah siapin kamar buat kamu di lantai 2. Kalo ada apa-apa panggil aku aja ya, kamarku ada di deket tangga itu."
Amira hanya mengangguk sembari melihat-lihat isi rumah milik suami yang baru saja menikah dengannya.
"Sini biar ku bawain kopermu ke atas." Ucap Faris dengan penuh lemah lembut.
Sesampainya di kamar, Amira hanya terdiam berusaha memahami apa yang terjadi pada hidupnya.
Ia terus berusaha meyakinkan diri bahwa dirinya sekarang sudah menjadi istri orang lain yang bahkan baru dilihat wajahnya usai pernikahan.
=====
7 tahun lalu
Amira Syarifah atau yang biasa dipanggil Mira adalah seorang gadis yang ceria dan suka membantu sesama. Jadi tak heran jika banyak yang menyukainya.
Dia bersahabat dengan Fitri dan Ana, sehingga sering disebut sebagai 3 serangkai karena saking solidnya.
Dia bersekolah di sebuah SMA asrama dimana sistem pembelajarannya terpisah kelas antara murid laki-laki dan perempuan.
Namun untuk kegiatan lain di luar pembelajaran, siswa putra dan putri biasa berdampingan.
Tiap tahun sebelum kelulusan akan diadakan camping se-angkatan untuk mempererat sistem kekeluargaan di SMA tersebut.
"Mir, udah kau packing semua barangmu? Soalnya besok pagi jam 6 kita udah harus kumpul di lapangan sekolah." Ujar Fitri
"Udah semua dongs, tinggal angkut nanti. Punyamu belum kelar emang? Sini ku bantuin packing."
=====
Keesokan harinya pukul 06:30 AM
Murid-murid diarahkan untuk naik bus masing-masing sesuai pembagian yang telah ditentukan.
"Mira, kamu kenal si Akbar kah?" Ucap Ana.
"Hah? Akbar siapa?"
"Itu loh, cowok yang populer karena jadi Pradana Pramuka. Kalo kata anak-anak dia keren banget. Padahal mah menurutku dia B aja tuh." Jelas Fitri
"Nggak ih, ga kenal aku. Emang kenapa?"
"Dari pas baris tadi, ku tengok dia liatin kamu terus tau. Ku kira kau ada bincang-bincang gitu sama dia." Ucap Ana
"Psssttt dia kemari weh." Bisik Fitri
"Uhmm... Permisi, kursi ini kosong kan ya? Boleh aku duduk disini ga? Soalnya kursi yang lain udah penuh." ucap Akbar sambil tersenyum manis ke Mira
Fitri dan Ana saling tengok bingung, tetapi hanya diam.
"Uhh... Iya boleh, silahkan."
"Kamu Amira kan ya? Tadi aku sempet denger temenmu panggil gitu. Kenalin, namaku Syafiq Akbar ato biasa dipanggil Akbar."
"Eh.. umm iya namaku Mira, Amira Syarifah. Salam kenal juga."
"Ciyeeeee si Akbar nambah lagi koleksi ceweknya.... Uhuyyy." Sorak salah satu teman Akbar
"Brisik lu Pras!"
Disisi lain, Mira hanya tertawa canggung melihat mereka.
Sesampainya di bumi perkemahan, mereka bergegas mendirikan tenda sesuai kelompok kecil yang telah ditentukan.
Akbar sebagai koordinator acara berkeliling dan membantu kelompok yang kesulitan mendirikan tenda, khususnya murid putri.
Melihat kelompok Mira masih kesulitan mendirikan tenda, Ia pun menghampirinya.
"Sini, biar ku bantu. Kalian bantu tarik talinya yaa. Mira, kamu tolong pegang ini bentar ya."
"Psssst Ana, si Akbar suka sama Mira keknya ya."
"Bisa jadi. Tapi bukannya dia katanya emang suka tebar pesona sama banyak cewek ya? Jangan sampe Mira jadi korban selanjutnya."
=====
"Pengumuman untuk semua peserta camping, harap segera berbaris di depan sumber suara setelah selesai memasang tenda. Karena sesi selanjutnya akan segera dimulai!"
"Oke, sesi selanjutnya adalah survival. Kalian kita kasih waktu 4 jam untuk mengumpulkan bahan makanan di hutan yang akan kalian masak buat makan malam nantinya. Biar seru, ini ada kompetisinya nanti. Tentunya akan ada hadiah spesial buat kelompok yang bisa membuat makanan lezat dari bahan seadanya!"
Semua peserta pun menyebar ke area hutan untuk mengumpulkan bahan makanan.
Kelompok Mira berada di tepi sungai untuk mencari ikan.
"Oke aku dan Ana akan nangkap ikan. Fitri dan Ria coba cari buah atau daun yang bisa dimakan ya. Kamu masih jago manjat kan Fit?" Ujar Mira
"Masih dong! Ria, yok kita cari buah yang enak." ucap Fitri dengan penuh semangat.
Sementara itu, Ana sudah terlebih dahulu terjun ke sungai untuk mencari ikan.
"Hati-hati kau Mir turunnya. Batunya pada berlum-"
Aaaakkk! Brugghh!
"Miraaa!!!"
"Uughh sakit."
Mira terpeleset batu berlumut dan kakinya menghantam sebuah batu runcing disebelahnya.
"Toloooong!!! Miraa... Mir, kakimu berdarah... Astaghfirullah gimana ini?"
Mendengar teriakan minta tolong, Akbar yang sedang berpatroli pun langsung bergegas menuju sumber suara.
"Astaghfirullah, gimana ini bisa terjadi?? Bentar, aku bawa kotak P3K."
Pertolongan pertama pun diberikan pada Mira. Namun, darahnya masih belum terhenti sehingga Mira harus segera dibawa ke posko medis untuk penanganan lanjutan oleh tim medis.
"Uhmm.. Mira, kamu bisa jalan ga? Ato bisa berdiri?"
Mira berusaha berdiri tetapi gagal karena pergelangan kakinya terkilir juga.
"Kalo gitu aku izin gendong kamu ya. Karena pendarahan di kakimu harus cepet dihentikan biar ga makin parah."
Mira pun hanya mengangguk dan merintih kesakitan.
Sesampainya di posko medis, Mira langsung ditangani oleh tim medis. Akbar pun akhirnya bernafas lega melihatnya karena berhasil menolong tepat waktu.
"Terima kasih banyak udah nyelametin aku ya Akbar."
"Sama-sama. Semoga kamu cepat sembuh ya.. oh iya, ini aku ada roti buat kamu ganjal perut dan minum obat."
=====
Hari berlalu begitu cepat hingga tibalah saat puncak acara camping, yaitu sesi api unggun.
"Okey guys, gimana camping 2 hari ini? Seru ga? Ku harap kalian bisa bersenang-senang malam ini yaa. Sebagai pembuka, akan ku persembahkan sebuah lagu spesial buat kalian semua." ucap Akbar
"Wohoooo! Akbar! Akbar! Akbar!" sorak murid-murid perempuan.
Akbar pun mengambil gitarnya dan tersenyum ke arah Mira.
Dia menyanyikan lagu milik Jaz berjudul 'Dari Mata'.
Selama bernyanyi, Akbar seringkali menatap mata Mira sambil tersenyum. Mira pun membalas dengan senyuman.
Sejak saat itu, kehidupan Mira pun berubah lebih berwarna.
=====
Tok tok tok!
Lamunan Mira buyar seketika mendengar suara ketukan pintu.
Cekrekk
"Mira, makan malam udah siap ya... Uhmm kalo kamu masih belum mau makan, nanti biar ku bilang ke Bibi buat anter kesini aja."
Mira hanya menatap pintu kamar yang kembali tertutup. Lalu menangis untuk menumpahkan semua perasaan campur aduk dalam hatinya yang selama ini dia pendam.
Di sisi lain, Faris hanya terdiam di depan pintu mendengar suara tangis Mira.
Komentar
Posting Komentar